Pengaruh Budaya Digital terhadap Ontologi Identitas Diri Tinjauan Filsafat Postmodernisme

Abstract

Pada era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, transformasi budaya dan identitas diri 
menjadi fenomena yang semakin kompleks dan mencolok. Perubahan dramatis terjadi dalam 
cara individu memandang diri mereka sendiri, sebagai respons terhadap pengaruh besar yang 
dibawa oleh budaya digital. Budaya digital, yang mencakup fenomena seperti media sosial, 
internet, dan teknologi digital lainnya, telah memainkan peran sentral dalam pembentukan 
identitas individu dalam masyarakat kontemporer.
Pada awalnya, penggunaan internet hanya terbatas pada tujuan komunikasi dan akses informasi. 
Namun, perkembangan teknologi membawa munculnya media sosial sebagai platform utama 
bagi interaksi online. Facebook, Instagram, Twitter, dan platform lainnya memberikan ruang 
bagi individu untuk berbagi pengalaman, membangun jejaring sosial, dan membentuk identitas 
mereka secara virtual. Dengan kemungkinan berbagi sehari-hari, ekspresi diri secara digital 
menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Data relevan menunjukkan bahwa penggunaan media sosial terus meningkat secara signifikan. 
Menurut laporan Digital 2022: Global Overview dari Datareportal, jumlah pengguna media 
sosial global mencapai 4.33 miliar orang pada awal tahun 2022. Platform media sosial menjadi 
tempat bagi individu untuk membangun dan mempresentasikan identitas mereka. Pengguna 
mengunggah foto, membagikan pemikiran, dan melibatkan diri dalam interaksi daring yang 
memainkan peran kunci dalam pembentukan konsep diri mereka.
Namun, pertanyaan mendasar muncul seiring dengan penggunaan yang semakin meningkat: 
sejauh mana budaya digital, terutama media sosial, memengaruhi ontologi identitas diri 
individu? Bagaimana filsafat postmodernisme dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam 
terhadap perubahan identitas ini