Konsep Keadilan dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Filosofis terhadap Pluralisme

Abstract

Dalam menghadapi era globalisasi dan interkonektivitas yang semakin berkembang, masyarakat 
di seluruh dunia mengalami transformasi signifikan, terutama dalam hal diversitas budaya dan 
agama. Fenomena ini menciptakan tantangan dan peluang unik dalam pembentukan struktur 
sosial dan nilai-nilai yang mendukung kehidupan bersama yang harmonis. Dalam konteks ini, 
masyarakat multikultural menjadi fenomena yang makin dominan, di mana beragam kelompok 
etnis, agama, dan budaya hidup berdampingan dalam satu entitas geografis.
Masyarakat multikultural mencerminkan keragaman manusia dan sekaligus menjadi panggung 
bagi dinamika sosial yang kompleks. Di dalamnya, konsep keadilan memainkan peran sentral 
sebagai fondasi utama pembentukan hubungan antarindividu, kelompok, dan lembaga. Keadilan 
bukan hanya tentang distribusi sumber daya secara merata, tetapi juga melibatkan aspek-aspek 
seperti hak asasi manusia, perlakuan setara, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Dalam kerangka pemahaman filosofis, konsep keadilan telah mengalami perubahan dan 
perkembangan seiring waktu. Filsuf-filsuf klasik seperti Plato dan Aristoteles memberikan 
kontribusi besar dalam merumuskan pandangan mereka mengenai keadilan, yang kemudian 
menjadi dasar bagi perkembangan pemikiran filosofis selanjutnya. Namun, di era kontemporer, 
kehadiran masyarakat multikultural memberikan tantangan baru bagi konsep keadilan ini.
Rapiditas perubahan dan pergeseran budaya yang terjadi dalam masyarakat multikultural sering 
kali menghasilkan ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan konflik antarkepentingan. Oleh karena 
itu, memahami dan merumuskan kembali konsep keadilan dalam konteks masyarakat 
multikultural menjadi penting, terutama melalui perspektif filosofis terhadap pluralisme.